Di sini saya akan memperlihatkan hasil karya tulis saya yang berjudul "Kulit pisang sebagai pasta pengganti baterai kering ramah lingkungan", tapi
sebelumnya saya akan menjelaskan sedikit tentang karya tulis saya ini.
Pasti Anda sudah tidak asing dengan beragam tumbuhan pisang, nah apakah
Anda tau bahwa kulit pisang berpotensi menjadi pengganti pasta baterai
kering ramah lingkungan, dan pasti di otak Anda langsung berfikir "kok bisa ya, mengapa kulit pisang bisa menjadi pengganti pasta baterai?"
nah mengapa kutit pisang saya katakan berpotensi menjadi pengganti
pasta baterai kering ramah lingkungan, karena yang saya ketahui bahwa di
dalam kulit pisang mengandung magnesium (mg), garam sodium dan yang
paling banyak adalah kalium, baik mg, garam sodium dan kalium ini
termasuk logam dan di mana yang saya ketahui logam adalah penghantar
elektrolit yang kuat. Namun sayangnya kebanyakan manusia
jarang berpikir untuk mendaur ulang (recycle) kebutuhan-kebutuhan yang sudah
mereka konsumsi, melainkan mereka hanya membuang limbahnya begitu saja,tanpa
berfikir untuk memanfaatkannya.Ibarat sebuah pepatah habis manis sepah dibuang.
Ibarat tersebut tak jauh berbeda ketika kita mengkonsumsi buah pisang,kemudian
membuang limbah kulitnya disembarang tempat.Jarang sekali orang berfikir untuk memanfaatkan kembali limbah kulit pisang tersebut
,padahal tanpa kita sadari sebenarnay kulit pisang berpotensi
menjadi baterai kering ramah lingkungan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Saat ini, sebagian besar kebutuhan akan energi listrik dipenuhi oleh
sumber energi yang kurang layak. Sumber energi listrik yang berasal dari batu
bara dan mesin disel dengan bahan bakar solar tidak layak karena menimbulkan
polusi udara, dan sumbernya bukanlah yang dapat diperbaharui dalam waktu
singkat. Kedua sumber energi tersebut dapat habis dalam jangka waktu yang
mungkin tak lama lagi.
Alam semesta menyediakan berbagai
kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut, dibutuhkan manusia untuk melangsungkan
dan memenuhi segala tuntutan hidup. Manusiapun mulai berpikir untuk
memanfaatkan kekayaan alam guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Seringnya
manusia menggunakan otaknya untuk berpikir, maka semakin cerdaslah pikiran
manusia untuk mengolah dan memanfaatkan alam semesta ini. Namun kecerdasan itu
membuat manusia terlupa akan kebutuhan yang diberikan alam terbatas, sedangkan
manusia menggunakannya tanpa batas.
Kebanyakan manusia jarang berpikir untuk mendaur
ulang (recycle) kebutuhan-kebutuhan yang sudah mereka konsumsi, melainkan
mereka hanya membuang limbahnya begitu saja,tanpa berfikir untuk
memanfaatkannya.Ibarat sebuah pepatah habis manis sepah dibuang. Ibarat
tersebut tak jauh berbeda ketika kita mengkonsumsi buah pisang,kemudian
membuang limbah kulitnya disembarang tempat.Jarang sekali orang berfikir
untuk memanfaatkan kembali limbah kulit pisang tersebut,padahal tanpa kita sadari sebenarnay kulit pisang berpotensi menjadi
baterai kering ramah lingkungan.
Kata
baterai mungkin sudah tidak asing didengar,namun baterai dan kulit pisang
mungkin baru sekali didengar.Baterai adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menyimpan tenaga listrik.Baterai sebagai sumber energi alat-alat elektronik
seperti jam dinding,radio,senter dan alat-alat elektronik lainnya. Begitu
banyaknya peranan baterai bagi kehidupan manusia,namun tidak dapat dipungkiri
juga bahwa baterai yang kita gunakan sehari-hari sangat berbahaya baik untuk
kita maupun alam sekitar.
Baterai mengandung berbagai macm logam berat seperti : merkuri,mangan,
timbal,nikel,lithium dn kadmium. Jika baterai dibuang sembarangan,maka logam
berat yang terkandung didalamnya mencemari air dan tanah serta membahayakan
bagi kesehatan .
Limbah
baterai tidak hanya berbahaya bagi manusia,tetapi juga membahayakan sumber daya
alam,karena mengandung logam berat dan elektrolit korosif yang dapat mencemari
tanah dan air. Jika limbah baterai dicampur dengan limbah padat lainnya dari
waktu kewaktu kandungan berbahaya di dalamnya dapat mengancam kehidupan
ikan,tanaman,perusakkan lingkungan dan secara tidak langsung mengancam
kesehatan manusia.
Peristiwa seperti ini apabila dibiarkan berlarut-larut bukan hanya
kesehatan kita yang dirugikan ,tetapi alam juga ikut merasakan kerugian
tersebut. Jadi harus ada pengganti bahan kimia gtersebut,salah satunya
pengembangan potensi-potensi kulit buah sebagai baterai ramah lingkungan.
Limbah
kulit pisang memiliki banyak manfaat,seperti bahan pembuatan pasta pada
baterai. Cara membuat pasta dari kulit pisang cukup mudah dan pemanfaatan
limbah kulit pisang sebagai pengganti pasta baterai sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Hal inilah yang melatar belakangi penelitian tentang potensi kulit
pisang (Musa paradisiaca) sebagai baterai kering ramah lingkungan
dan untuk memanfaatkan kekayaan alam
disekitar untuk mengurangi dampak krisis energi, selain itu melimpahnya pohon
pisang di Barabai yang belum dimanfaatkan secara maksimal menarik penulis untuk
melakunan inovasi dengan memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai bahan
pengganti pasta dalam baterai.
1.2.
Rumusan Masalah.
Dari permasalahan tersebut dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah
kulit pisang memiliki potensi menjadi baterai ramah lingkungan ?
2.
Apakah jenis kulit pisang berpengaruh terhadap pembuatan bahan baku
baterai
kering ?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apakah kulit pisang
memiliki potensi menjadi baterai ramah
lingkungan.
2. Mengetahui apakah jenis kulit
pisang berpengaruh terhadap pembuatan bahan
baku baterai kering .
1.4 Manfaat
Penelitian
Karya tulis ilmiah yang dibuat dapat dimanfaatkan, sebagai :
1. Bagi penulis, untuk menambah
pengalaman dalam membuat karya tulis.
2. Bagi institusi (sekolah),
sebagai bahan referensi untuk perpustakaan sekolah.
3. Bagi masyarakat, sebagai
pedoman atau ajakan untuk dapat mengelola limbah
kulit pisang menjadi baterai kering yang ramah lingkungan.
1.5 Batasan
Masalah
Dalam penelitian ini, masalah yang
dibahas adalah seputar bagaimana memanfaatkan sumber daya alam yang
melimpah,khususnya sumber daya hasil olahan manusia saat ini hanya dianggap
sebagai limbah dapat dimanfaatkan menjadi sebuah teknologi yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia dalam hal energi yang berkelanjutan.
Pokok
dari permasalahan penelitian ini adalah cara pemanfaatan limbah kulit pisang
yang apabila isinya sudah habis dimakan,maka kulitnya dibuang. Oleh karena itu
penulis melihat prosfek yang bagus bagi limbah tersebut untuk dijadikan sebagai
energi listrik pengganti baterai yang sudah yang sudah tidak dapat difungsikan
lagi atau mati . Untuk mendapatkan hasil penelitian yang bagus tentunya
diperlukan riset yang panjang,sehingga penulis membatasi pokok penelitian ini
hanya sampai pada pembuatan bahan baku baterai kering yang ramah lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman
Pisang
Pohon
pisang (Musa paradisiaca) merupakan
tanaman yaang tidak mengenal musim, selalu berkembang setiap waktu. Pohon
pisang selalu melakukan regenerasi melalui tunas-tunas yang tumbuh pada
bonggolnya.Cara itulah pohon pisang mempertahankan eksitensinya untuk
memberikan manfaat kepada manusia. Hampir seluruh bagian dari tanaman pisang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari bonggol, batang, daun,
buah, bunga sampai kekulit pisang. Berikut ini manfaat dari setiap bagian pohon pisang :
- Bonggol (umbi batang pisang ).
Dibeberapa daerah, bonggol batang pisang yang muda
dapat dimanfaatkan untuk sayur dan keripik pisang.
- Batang
Batang pisang banyak dimanfaatkan
masyarakat,terutama pada bagian yang mengandung serat.Bagian ini dimanfaatkan
sebagai pembungkus untuk bibit tanaman sayur dan apabila dikeringkan dan diolah
lebih lanjut dapat digunakan sebagai tali pda pengolahan tembakau, untuk kompos
dan dijadikan bahan baku pembuat kertas.
- Daun
Masyarakat pedesaan memanfaatkan daun pisang
sebagai pembungkus makanan,biasanya membungkus kue-kue tradisional dan
pembungkus nasi dan dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak seperti sapi,
kambing dan kerbau.
- Buah
Buah pisang selain dimanfaatkan sebagai sumber
vitamin dan mineral juga dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan antara lain
pisang sale, tepung pisang, sari buah, buah dalam sirup, keripik pisang dan
berbagai olahan kue moderen dan tradisional. Buah pisang mengandung vitamin C,
B kompleks, B6. Pisang bisa menjadi pengganti makanan pokok, sehingga
mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras.
- Bunga
Bunga pisang disebut juga jantung pisang, karena
bentuknya seperti jantung. Biasanya dimanfaatkan untuk membuat sayur,karena
kandungan protein dan vitaminnya. Selain dibuat sebagai sayur bunga pisang dapat
juga dijadikan manisan dan acar.
- Kulit buah
Kulit buah ini biasanya digunakan senagai bahan
pakan ternak, namun seiring berjalannya waktu limbah kulit pisang ini tidak
lagi digunakan sebagai pakan ternak melainkan sebagai energi listrik yang ramah
lingkungan.
Gambar : Tanaman pisang (Musa paradisiaca)
Pisang diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom
:Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi :
Spermatophyta(menghasilkan biji)
Sub Divisi : Magnoliophyta
(tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping
satu/monokotil)
Ordo : Zingiberales
Family : Musaceae (suku pisang-pisangan)
Genus :Musa
Spesies : Musa
paradisiaca
2.1.1 Daerah Penyebaran
Menurut ahli sejarah dan
botani,bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara yang oleh penyebar agama
Islam dsebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah.Asia
Tenggara termasuk Indonesia disebut sebagai sentral asal tanaman pisang. Selanjutnya pisang menyebar keseluruh dunia, meliputi
daerah teopis dan suptropis.Dimulai dari Asia Tenggara , ke Timur melalui Laut
Teduh sampai ke Hawai. Selain itu juga kebarat melalui Samudera Atlantik,
kepulauan kenari sampai ke benua Amerika. Tanaman pisang kini telah menjadi
tanaman dunia karena terebar keseluruh penjuru dunia.Negara-negara penghasil
pisang yang terkenal diantarnya Brazil, Panama, Honduras, India, Equador,
Thailand, Karibia, Columbia, Meksiko, Venezuela, dan hawai. Indonesia merupakan
negara penghasil pisang nomor empat di
dunia.
2.2 Prospek Baterai Pisang
Pisang secara tradisional tidak
dibudidayakan secara intensif,hanya sedikit yang dibudidayakan secara insentif
dan besar-besaran dalam perkebunan monokultur.
Potensi dari tanaman pisang ini
terdapat hampir diseluruh bagian tanaman, namun potensi yang terbesar ada pada
bagian kulit pisang. Kulit pisang mempunyai potensi menjadi bahan dasar
pembuatan baterai ramah lingkungan. Setelah melalui proses panjang, kulit
pisang ini akan menghasilkan mineral yang berfungsi sebagi elektrolit
(pengganti pasta pada baterai). Elektrolit inilah yang nantinya akan
menghasilkan arus listrik dalam batu baterai.
Menurut Sutikno (2008)
elektrolit dalam batu baterai bersifat asam, sehingga buah yang bersifat asam
dapat menjadi elektrolit. Innocencio Kresna Pratama (2007) menembahkan, bahwa
selain buah apel, jeruk buah lain yang
dapat menghasilkan listrik adalah kulit pisang, seperti percobaan yang
dilakukan oleh wasis Sucipto, S.Pd (2007) yang membuktikan bahwa kulit pisang dapat digunakan sebagai sumber arus
listrik searah.
2. 3 Teori
Dasar Sel Listrik
Baterai merupakan sistem elektrokimia. Tiap sel baterai terdiri atas
elektroda yang berbeda dipisah satu sama lain dalam cairan penghantar yang
disebut elektrolit. Masing-masing elektroda memiliki sistem sendiri dan
menghasilkan potensial yang beda. Perbedaan potensial di antara keduanya
disebut elektromotive force.
Energi
kimia yang dihasilkan dari reaksi sel merupakan sumber listrik yang disuplai
baterai ketika digunakan. Zat-zat periaksi dalam sel sekunder secara lengkap
dan efisen dapat dikembalikan ke keadaan asalnya dengan memberkan arus listrik
dengan arah yang berlawanan, tetapi dalam sel primer hal ini tidak mungkin atau
hanya sebagian saja. Hanya jenis tertentu saja dari baterai primer yang dapat
diperbaharui, yaitu dengan cara menggati elektroda dan slektrolotnya.
Ketika
dua terminal sel dihubungkan dengan sirkuit luar dan kabel, arus yang mengalir
proporsional dengan besarnya emf dan berbanding terbalik dengan besarnya
hambatan baterai dan sirkuit luar. Arus mengalir melewati elektrolit oleh
partikel muatan yang disebut ion dan melewati bagian logam dari sirkui oleh
elektron. Reaksi kimia terjadi pada permukaan elektroda di mana terjadi
perubahan dari konduksi elektronik menjadi konduksi ionik dan sebaliknya.
Material katodik biasanya terbuat dari senyawa kimia seperti, PbO2,
MnO2,NiO2, CuCl, atau AgCl. Mereka
adalah agens depolarisasi. Dicirikan dengan mudahnya menerima elektron, akibatnya tingkat oksidasinya
turun. Dilain pihak magterial anodik, biasanya logam seperti Pb, Fe, Cd, Mg
atau Zn. Sifatnya mudah melepas elektron membentuk ion positif dalam
elektrolit. Reaksi ini disebut oksidasi.
Reaksi
reduksi dan oksidasi disertai dengan perubahan kimia. Mungkin juga terdapat
perubahan di dalam elektrolit. Perubahan tersebut mengikuti hukum Faraday
tentang elektrosis. Ketika baterai mensuplai arus listrik dikatakan baterai
tersebut sedang di-dicharge. Perubahan dari energi kimia ke energi listrik berlangsung
menurut hukum termodinamika.
Elektrolit yang menyediakan konduksi ionik antar elektroda harus
disesuaikan dengan bahan katoda adan anoda. Dalam elektrolot perlu adanya
jumlah asam yang berlebihan dibandingkan jumlah yang diperlukan secara
teoritis, kalau tidak ada dia akan terlalu lrut dan terlalu risisten terhadap
aliran arus listrik. Perubahan yang tidak diinginkan juga bisa terjadi. Laju
reaksi akan sebanding dengan pertukaran elektron antar elektroda, hal ini
tergantung pada difusi, suhu, permukaan efektif, dan kondisi dari sirkuit
listrik.
11
2.4. Rumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis I
HA
|
Kulit pisang dapat menghasilkan
bahan baku baterai kering yang ramah lingkungan. |
H0 |
Kulit pisang tidak dapat
menghasilkan bahan baku baterai kering yang ramah lingkungan |
Hipotesis II
HA
|
Jenis kulit pisang berpengaruh
terhadap pembuatan bahan baku baterai
kering |
H0
|
Jenis kulit pisang tidak
berpengaruh terhadap pembuatan bahan baku baterai kering |
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek
,Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1
Subjek Penelitian.
Subjek penelitian adalah kulit pisang Ambon dan kulit pisang Kepok
3.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Proses pembuatan baterai dari kulit pisang dan
uji reformanya dilaksanakan di
rumah Muhammad Demas Akira, kompleks Guntur Permai, RT 08, RW 03
Blok I, N0 15 Barabai, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
Waktu penelitian terhitung
tanggal 4 November 2012 sampai dengan tanggal
11 November 2012.
3.2 Populasi Penelitian.
Sampel penelitian ini adalah kulit Pisang
Ambon dan Kepok (Musa paradisiaca).
Sampel ini diperoleh dari pasar
tradisional Barabai.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ialah
metode eksperimen dengan tujuan menguji
kebenaran
dari hipotesa dengan cara mengamati dan membandingkan sampel satu
dengan
sampel yang lainnya.
3.4 Alat
dan bahan.
Dalam
pembuatan baterai kering dari kulit pisang alat dan bahan yang digunakan
sebagai berikut :
3.4.1 Alat
1. Satu buah Basic meter
2. Dua buah pemegang lampu
3. Dua buah pemegang baterai
4. Dua buah bola lampu LED
5. Dua buah kabel penghubung
hitam
6. Dua buah kabel penghubung merah
7. Satu buah pisau
8. Satu buah gunting
9. Satu batang lidi
3.4.2 Bahan
1. Dua buah baterai yang sudah mati
2. Kulit pisang Ambon dan Kepok
3.5
Prosuder Pembuatan Baterai Kering.
1.
Membongkar 2 buah baterai bekas dengan gunting pada bagian penutup atas
(pada kutub positif baterai).
2.
Mengeluarkan serbuk atau pasta eletrolit yang ada didalam baterai .
3.
Memotong kecil-kecil kulit pisang Ambon dan Kepok.
4.
Memasukan potongan kulit pisang kedalam baterai masing-masing.
5.
Menutup kembali bagian penutup atas yang telah dibuka dengan rapat.
6.
Menguji baterai yang telah diisi denga kulit pisang Ambon dan Kepok dengan
Basic meter dan lampu LED
7.
Mengamati tegangan arus listrik pada baterai di Basic Meter
8. Mengamati lama kekuatan nyala
lampu pada masing-masing baterai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan untuk mengetahui apakah
kulit pisang berpotensi sebagai baterai
ternyata benar, bahwa memang kulit pisang
berpotensi menjadi baterai kering ramah lingkungan.
Percobaan yang penulis lakukan dapat membuktikan kalau baterai kulit pisang
yang dibuat oleh penulis dapat menghasilkan listrik. Untuk kulit pisang Ambon
menghasilkan listrik selama 5 jam 17 menit dan untuk kulit pisang Kepok
menghasilkan listrik selama 3 jam 31
menit.
Baterai kulit pisang hasil percobaan penulis dalam menghantarkan listrik
tidak sesempurna seperti baterai pada umumnya. Hal ini karena banyak faktor
yang kurang mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis. Salah satu faktor
tersebut adalah kurangnya sarana dan prasarana.
Data hasil percobaan yang telah
diukur tegangannya oleh penulis. Hasil penelitiaan menunjukan bahwa rata-rata
tegangan yang dihasilkan oleh baterai kering dari kulit pisang Ambon adalah 1,1 Volt . Sedangkan pada pisang Kepok
rata-rata tegangan yang dihasilkan adalah 0,9 volt .Kontruksi baterai kering
kulit pisang sama dengan baterai biasa. Perbedaannya hanya pada elektrolitnya.
Kulit pisang mengandung beberapa mineral yang dapat berfungsi sebagai
elektrolit. Mineral yang terdapat pada kulit pisang yang terbanyak adalah Kalium (K+
). Kulit pisang juga mengandung garam soddium yang mengandung Klorida (Cl-)dalam
jumlah sedikit.Reaksi antara Kalium dan garam Sodium dapat membentuk garam Kalium Klorida (KCl).
Menurut Drs,Asep Jamal (2008)
KCl Merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi dan mampu menghantarkan
arus listrik. Pisang juga mengandung mangnesium dan Seng. Mangnesium (Mg) dapat
bereaksi dengan Klorida menjadi elektrolit kuat.
Dari kedua jenis pisang,yaitu pisang Ambon
dan pisang Kepok yang memiliki ketahanan
listrik yang paling lama atau tinggi adalah pisang Ambon. Pisang Ambon
dilihat dari nyala lampu lebih lama dan lebih terang serta voltasenya lebih
besar dibanding pisang Kepok. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan pada kulit
pisang Ambon lebih banyak mengandung meneral valium dan garam sodium
dibandingkan kulit pisang Kepok.
Dalam
penelitian ini peneliti juga melakukan percobaan dengan baterai yang pastanya
sudah diambil dan dibiarkan kosong sebagai kontrol, kemudian dilakukan
pengujian nyala lampu, ternyata lampu tidak menyala, ini membuktikan bahwa
baterai yang tidak mempunyai pasta ( zat elektrolit ) tidak mampu menghantarkan
arus listrik.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kulit pisang dapat menghasilkan bahan baku baterai
kering ramah lingkungan,
maka
hipotesis HA diterima dan hipótesis H0
ditolak.
2. Jenis kulit pisang berpengaruh
terhadap pembuatan bahan baku baterai Bering,
maka
hipotesis HA diterima dan hipótesis H0 ditolak.
5.2 Saran.
Penulis ingin memberikan saran atau masukan yaitu :
1. Kepada pembaca, untuk lebih
menela’ah karya tulis ini dan mengembangkannya
menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang lebih sempurna lagi nantinya.
2. Kepada sekolah, agar
menjadikan karya tulis ini sebagai rujukan dalam
pengembangan penelitian yang berkenaan
masalah diatas.
3. Kepada masyarakat, agar memanfaatkan
karya tulis ini sebagai sumber informasi
untuk
menggunakan kulit pisang sebagai baterai kering ramah lingkungan.